Be My Love

Title                : Be My Love
Author            : Hizaki Ari
Genre              : Romance
Cast                 : Cho Kyu Hyun
                          Mae Ri 
Be My Love [Sarang]



 [1]

            Hari ini aku tiba di rumah baruku. Rumah yang asing. Rumah yang nantinya mungkin akan menjadi penjara bagiku. Tapi ku harap tak akan seburuk itu. Rumah ini bagus. Menyatu dengan alam. Sangat asri. Ada meja batu di tengah halaman. Meja bulat dan 4 kursi lainnya yang menemani. Ada banyak pohon disini. Tak kusangka si bodoh di sebelahku ini punya selera bagus dalam memilih hunian.
            “Ayo masuk!”
            Dia Cho Kyu Hyun. Kami baru saja menyelesaikan ritual yang membosankan. Penuh isak tangis. Ritual yang akhirnya membuat kami resmi menjadi suami-istri. Aku tidak suka bersama orang bodoh ini. Badannya tegak, tinggi menjulang. Kepalanya besar. Sangat besar sehingga membuatnya sering besar kepala. Dia sangat dingin padaku.
            “Cepat! Apa kamu mau tinggal di luar?” katanya lagi.
            Apa aku bisa hidup dengannya dengan damai. Aku memang belum mengenalnya dengan baik. Tapi, nada suaranya itu membuatku khawatir dan takut. Seharusnya rumah sebagus ini bisa menjadi rumah bahagia bagiku dan keluarga kecilku. Seandainya aku menikahi orang yang seharusnya, pastilah aku akan bahagia bersamanya juga bersama anak-anak kami nantinya. Ku tengok wajah si bodoh itu lagi. Ekspresinya masih sama.
            “Apa dia itu terlahir dari bongkahan Es? Kenapa ekspresinya bisa sedingin itu? Omo… pasti keluarga bahagia yang aku impikan tidak akan pernah terwujud dengannya.”
            Aku masuk ke rumah, mengikuti Kyu Oppa.
            “Kamu pinter baut rumah, Oppa.” kataku memuji  seleranya.
            Dia tidak menjawab dan hanya berlalu ke dapur.
            “Ya ampun.”
            Kagumku belum usai. Rumah ini benar-benar nyaman. Aku sangat sangat suka tempat ini. Sinar matahari pagi dan sore akan mudah sekali memasuki rumah ini. Tau kenapa? Karena gerbang barat dan gerbang timur hanya ditutup oleh kaca bening yang berukuran besar. Kekeke~

            Pernikahan kami tanpa cinta. Orang tua kami lah yang harus bertanggung jawab atas ketidakbahagiaan kami. Mereka yang mengatur semuanya.
            Aku tidak tahu apa alasannya menerima pernikahan ini. Tapi aku rasa karena dia tidak ingin ayahnya mati karena dirinya yang tidak mau dijodohkan (denganku).
            “Kau!” katanya.
            “Apa?”
            “Ada 3 kamar disini. Satu telah ku pakai dan tersisa dua lainnya. Pilihlah yang kamu suka.” katanya datar. Malas.
            “Oh. Gomapta.” balasku, datar.
            Dia pergi masuk kamarnya tanpa kata.
            “Hisss... apa dia benar-benar putus asa karena menikah denganku?” gumamku.
            Aku masuk kamar baruku. Aku memilih kamar yang bersebelahan dengan kamarnya. Bukan karena aku suka, tapi karena aku belum bisa menyesuaikan diri disini. Lagi pula, Oppa bilang aku bebas memilih kamar yang aku suka. Aku memanggilnya Oppa karena dia lebih tua dariku.
            Tok Tok Tok
            Aku buka pintu kamarku dan Kyu Oppa tepat berdiri disana.
            “Iye?”
            “Sebaiknya cepat masukkan barangmu. Tidak akan ada yang membantumu membereskan semua ini.” dia pergi, lagi.
            Dasar Kyu bodoh!! Dia sangat menyebalkan. Dia yang menerima ini semua. Sekarang kenapa dia memperlakukanku seperti ini. Dia pikir dia itu siapa. Keterlaluan.
            Aku ini orang kuat. Dia pikir tanpa bantuannya aku tidak bisa membereskan barang-barangku ini. Aku bisa melakukannya.
            “BAHO!!” kataku marah.
            Ku angkat barang-barangku masuk ke kamar. Ku banting pintu kamar, keras. Sangat keras agar Kyu bodoh itu mendengarnya.

Kyu Hyun Po’V
Aku tidak suka semua ini.
Kenapa aku melakukan semua ini. Menikah tanpa cinta? Apakah aku mampu? Kenapa nasibku malang seperti ini. Aku bahkan tidak ingat siapa nama istirku. Ini memang bukan salahnya (istriku). Keputusanku menikah dengannya. Aku tahu tidak seharusnya bersikap seperti itu terhadapnya. Tapi, apalah daya. Setiap melihatnya aku pasti akan marah.
“Oh Tuhan, kau lihatkan! Inilah baktiku kepada ayah. Kuharap pengorbananku ini tidak sia-sia. “ aku memohon kepada Tuhan agar ayah dibebaskan dari penyakitnya.

Flash Back
             “Kyu, kau harus menikah dengan gadis itu!” ayah memaksa.
             “Wae? Kenapa harus?” aku tak terima.
             Ayah semakin marah.
             “Ayah, aku tidak mau menikah dengannya. Aku tidak mengenalnya. Mendengar namanya saja aku belum pernah, Ayah.”
             “Mae Ri, itu namanya. Ayah tahu anak itu. Dia baik, sopan dan sangat pengertian. Dia pantas bagimu, Kyu. Dia pantas bagimu yang selalu keluyuran sana-sini.”
             Ayah benar-benar ngotot.
             “Maafkan aku, Ayah. Aku tidak bisa. Aku tidak mencintainya.” ayah sangat keras kepala.
             “Kyu Hyun-ah, aku tidak mau mendengar alasanmu lagi. kau harus menikah dengannya. Ayah telah mengatur tanggalnya. Tak peduli kau terima atau tidak.”
             Ayah serius akan memaksaku.
             “Anio. Ayah, kumohon sekali ini saja biarkan aku yang memilih jalan hidupku sendiri. Mohon, biarkan aku menikah dengan orang yang kupilih sendiri.” aku membungkukkan badanku, memohon.
             “Ayah tidak peduli. Tanggal telah ditentukan. Kau harus menikah dengannya.” ayah mulai melangkah meninggalkan tepat berdebat kami.
             “Ayah saja yang menikah dengannya.”
             Ayah mengehentikan langkahnya dan berkata, “Mwo? Apa kau bilang?”
             “Ne. Jika Ayah sangat ngotot, sebaiknya Ayah saja yang menikah dengannya. Bukankah tanggalnya telah ditentukan.” ayah melangkah maju ke arahku.
             PAAAAAAAAK………..
Ayah menampar pipiku yang mulus seperti bayi, kuat. Tampak warna merah berbentuk jari disana.
             Ayah memegang dadanya.
             “Kau ingin aku mati?”
             “Maaf Ayah!” sekali lagi aku memberi hormat padanya dan berpaling meninggalkan ruangan.
             “Aaaggghhh……” ayah ambruk.
             Aku berlari ke arahnya, menolongnya, dan menelpon ambulance.
******************************
            Aku telah mengahancurkan hidupku sendiri. Aku yakin aku tidak akan bisa tidur tenang muali hari ini. Akan selalu ada mimpi buruk setelah ini.
            “Haaaaah..” aku harap ini semua hanya mimpi. Mimpi buruk yang akan berakhir bila aku terbangun besok pagi.

*****************************
KRiiiiiNg…… KRiiiiiNg
            Suara alarm itu membangunkan ku. Pagi ini cepat sekali datang. Padahal, aku merasa baru saja tidur sejam lalu.
            “Woooaahmm…. Ngantuk!”
            Pukul 6 pagi. Kyu Oppa belum keluar dari kamarnya. Aku berinisiatif pergi ke dapur dan memasak sarapan untuknya. Ku harap sikapnya tidak sedingin kemarin. Aku tidak ingin tubuhku membeku karenanya dan juga hawa disini.
            Aku cukup pandai memasak. Aku tidak tahu sama sekali tentang Kyu Oppa. Dia suka apa atau tidak suka apa. Kami sama sekali belum bicara sebelumnya.
            “Takdir!” kataku menepuk dada.
            “Oppa, aku tidak tahu apa sarapan pagimu biasanya. Jadi, aku buat roti panggang saja untukmu, plus susu hangat untuk membuatmu semangat menjalani hidupmu yang berat.”
            Hidupnya yang berat? Kekekeke~~~ aku memang bodoh. Kurasa aku tertular kebodohan Kyu. Kenapa harus pusing soal hidupnya padahal hidupku sama beratnya.
            “Ya ampun!”
            Membuat sarapan pagi tak cukup sulit, sehingga sebentar saja telah siap. Aku menuju kamar Kyu Oppa.
            Kuketuk pintu kamarnya
            “Knock, knock, knockity nock! Oppa!” panggilku.
            Dia membuka pintu. Aku mendongak melihat wajahnya yang terletak tepat di atas kepalaku.
            “Breakfast is ready, Dalrie!” kataku bergurau. Hawa mulai terasa tak nyaman.
            “Kau bodoh?” katanya langsung.
            “Mwo?”
            “Lupakan!” dia masuk dan menutup pintu kamarnya.
            Aku mulai kesal.
            “Kenapa dia? Omo… tidak bisakah lebih baik terhadapku?” gumamku.
            Ku ketuk lagi pintu kamarnya seraya berkata.
            “Yaaak, Dalrie! Bersikaplah baik padaku. Aku akan berguna bagimu nantinya. Arasso?” kataku dengan nada tinggi.
            Aku meninggalkan kamarnya, kesal.

  Kyu Hyun Po’V
            “Apa-apaan dia itu? Dasar bodoh!”
            Aku tidak tahan di rumah. Aku akan pergi ke studio dan berkumpul dengan para Hyung super junior. Aku yakin,  bersama mereka aku akan lebih tenang.
            Aku menggunakan kemeja hitam, sepatu hitam, dan celana dasar hitam. Kutatapi diriku di depan cermin. Kudapati diriku sedang berduka disana.
            “Oh kau menyedihkan, Kyu.” ratapku.
            Aku keluar kamar. Tak ada tanda-tanda wanita itu ada disana dan sini. Aku pergi.
            “Oppa! Mau kemana?” tanyanya muncul tiba-tiba.
            “Bukan urusanmu!” kutinggal dia di rumah sendirian.
            “Hati-hati! Jangan lupa sarapan ya! Kau terlihat sangat kurus, Oppa!”
            Saran yang tulus. Tapi, aku tidak bisa menerimanya seperti dia bisa menerimaku. Ku tinggal dia tanpa kata.

**********************************
            Sekarang aku sendirian. Kyu Oppa sama sekali tidak bisa menerima keberadaanku disini. kenapa dia yang harus susah payah keluar rumah. Inikan rumahnya. Seharusnya aku yang pergi dari sini. Tapi, jika aku menyerah sekarang, papa tidak akan mewujudkan apa yang aku inginkan.
KLIIIng KLOOOng
            Bel rumah berbunyi. Sepertinya ada tamu.
            “Siapa ya?” tanyaku.
            “Ini papa, Mae Ri!”
            Kubuka pintu gerbang. Kusambut papa yang baru melewati pintu gerbang. Papa datang tak sendirian. Papa bersama paman, ayah Cho Kyu Hyun. Paman ternyata masih belum sehat. Dia duduk di atas kursi roda.
            “Papa, Paman, kenapa kesini?” tanyaku mulai panik. Aku takut mereka tahu aku dan Kyu tak sekamar.
            “Tak bolehkah mengunjungi anak sendiri?”
            “Anio. Ayo masuk!” kataku.

            Paman adalah orang yang sensitive. Baru tiba di ruang tamu beliau langsung menanyakan Kyu. Sepertinya beliau ingin mengoreksi apakah aku akur dengan anaknya itu.
            “Dimana Kyu? Apa dia tidak tinggal disini.” paman suka sekali berburuk sangka.
            “Anio, Paman. Dia baru saja berangkat. Dia terlihat terburu-buru. Mungkin kalian hanya selip jalan dengannya.” kataku gugup. Aku harus membelanya. Dia cukup tertekan saat ini. Bersama teman-temannya pasti bisa membuatnya lebih baik.
            “Kau tidak usah membelanya Mae Ri. Aku kenal anakku dengan baik.” ujarnya.
            Benarkah mengenalnya dengan baik? Jika begitu, kenapa paman harus memaksanya menikah denganku?
            “Bukan begitu, Paman. Aku…” paman menyerobotku.
            “Tolong jangan panggil aku paman, Mae Ri. Aku adalah ayahmu sekarang.” paman tersenyum. Sepertinya mood-nya membaik.
            “Iye,  Ayah.” balasku. “Apa kalian sudah sarapan? Aku punya makanan di meja makan.”          Kami akhirnya melanjutkan pembicaraan di meja makan. Lagi-lagi paman mengungkit Kyu Oppa yang sama sekali tidk menyentuh meja makan.
            “Apa Kyu tidak ikut sarapan bersamamu. Anak itu. Kapan dia bisa benar.” Paman mulai marah lagi. Aku khawatir. Beliau memiliki darah tinggi.
            “Bukan begitu, Paman. Mian, Ayah. Bukankah aku sudah bilang dia tadi terburu-buru.” kataku.
            “Arra.. Gomawo Mae Ri ah.”
            “Aku akan membawakan sarapannya nanti, Ayah. Sekarang, mari kita makan. Papa, ayo makan.”
            Kami melanjutkan makan sarapan. Papa banyak menasehatiku agar aku baik-baik dengan Kyu Oppa. Layani dia dengan semestinya. Meskipun dia tak bersikap baik terhadapku. Aku dan dia masih belum bisa menyesuaikan diri satu sama lain, jadi harus lebih bersabar. Yaaah…. Dan bla bla bla. Begitulah nasehat orang tua.

Kyu Hyun Po’V
            “Kyu ah, kenapa mukamu?” tanya Lee Teuk hyung.
            “Hyung, kyu sedang berduka. Lihat saja pakaiannya.” sambar Sung Min hyung.
            Mereka berdua duduk bersamaku di studio. Aku memang tidak pintar menyembunyikan suasana hatiku.
            “Annyeong haseyo….!” muncul Siwon Hyung bersama Wokiee dan Dong Hae hyung. Mereka bergabung dalam pembicaraan.
            “Aigo… ada apa ini? kenapa suasananya terasa tidak enak seperti ini?” tanya Dong Hae hyung.
            “Ini karena Kyu ah. Adik kesayanganmu.” jawab Sung Min hyung.
            “Kyu ah, ada apa? Ayo katakan! Kami kan hyung-mu.” kata Siwon hyung.
            Aku tidak mungkin menceritakan masalahku pada mereka. Tapi, aku senang mereka peduli terhadapku.
            “Anio, Hyung. Aku hanya kurang tidur.” jawabku, datar.
            “Kyu ah, kau sudah sarapan?” tanya Wokie Hyung.
            “Hem?”
            “Lihat! Kami bawa ini.” Wokie hyung membawa kotak makanan.
            “Kau yang buat, Hyung?” tanyaku.
            “Sepupumu tadi kesini menghantarkannya.” sahut Siwon Hyung.
            “Sepupu? Siapa?” sepupu? Siapa?
            “Kalau tidak salah Mae Ri.” Mae Ri? Dia?
            Aku buka kotak itu. Ada pesan di dalamnya.
            Kyu Oppa, jangan GR. Aku terpaksa membawakan ini padamu. Papa dan paman datang ke rumah. Tau kah kau betapa tegangnya aku tadi menjawab pertanyaan2 yang paman lemparkan kepadaku tentangmu. Kau berhutang padaku, kau tahu. Tapi, mohon jangan dipikirkan. Aku hanya bergurau. Oya, meski aku tadi bilang terpaksa, sebaiknya kau makan. Kau harus mengumpulkan tenaga untuk menghadapiku di rumah. Mianhamnida, Oppa.
            “Apa-apaan dia?”
            “Wae Kyu ah?” tanya Lee Tuek hyung khawatir.
            “OMo…. Lapar!” Yeesung dan Eun Hyuk hyung masuk.
“Eiie…..kalian sudah kumpul rupanya. Aku lapar.” kata Yeesung hyung.
Membaca pesannya membuatku tak berselera. Aku bangkit.
“Hyung, kau lapar? Makanlah!” kuberikan kotak makanan itu kepada Yeesung hyung.
Aku berlalu meninggalkan mereka ke ruang istirahat.
“Mau kemana Kyu ah?” tanya Lee Teuk hyung.
“Tidur!” aku mau tidur. Aku tak cukup tidur malam ini. Aku ingin melupakan segalanya sejenak dan menuju dunia yang lebih damai meski hanya sesaat.

Yeesung Po’V
            “Kenapa anak itu?” Kyu terlihat berantakan hari ini.
            “Entahlah. Sejak ayahnya masuk rumah sakit, wajahnya selalu murung. Semakin hari semakin murung.” sahut Lee Teuk.
            “Apa terjadi sesuatu terhadap ayahnya? Bukankah paman sudah lebih baik.” seingatku paman baik-baik saja. Lantas apa yang membuat Kyu begitu murung.
            “Dia menolak untuk berbagi. Mungkin ini sangat pribadi, Hyung.” ujar Siwon.
            Begitu rupanya. Aku senang mendapat makanan darinya, tapi juga sedih dengan keadaannya. Aku lapaar…
            “Kurae. Dia akan membaik. Sekarang, yang akan semakin buruk adalah keadaan perutku. Lapaaar! OuuCh” Eun Hyuk menempeleng kepalaku.
            “Apa-apaan kau ini?” tanyaku jengkel.
            “Tak bisakah kau berempati sedikit.”
            “Tadi kan udah. Ayo makan! Ini banyak.”
            Terserahlah. Aku benar-benar lapar.

*************************
            Ini tengah malam. Kyu oppa belum juga pulang.
            “Apa dia tak akan pulang?”
            Aku otak-atik Hp ku. Ku cari kontak namanya disana. *Kyu Oppa*
            Aku ragu. Ku tekan tombol call. Tersambung, namun tak dijawab.
            “Tak akan ada gunanya, Mae Ri.” kataku pada diri sendiri.
            Aku merasa bersalah sekarang. Ini adalah rumahnya, tapi dialah yang pergi. ku tatapi kontak *Kyu Oppa* dan ku ajak bicara. Berharap akan temukan jawaban darinya.
            “Yaaa… apa kau sangat menderita sampai-sampai kau harus pergi dari rumahmu sendiri? Mianhamnida, Oppa. Karena ketamakanku kau menjadi korban. Seandainya aku bersikap sama sepertimu menolak pernikahan ini, tentu kau tak akan menderita seperti sekarang ini, bukan?”
            Aku ingin tahu apa pendapatnya. Ingin merasakan penderitaannya. Aku memang orang yang kurang peduli terhadap orang lain. Aku memang egois. Tapi, aku tidak bisa melihat orang menderita karena aku. Apalagi sampai harus meninggalkan rumah seperti ini.
            “Oppa, katakan! Bagaimana perasaanmu. Jika ku ingat dirimu kau seperti orang yang amat kuat dan berkharismatik. Tapi, kenapa hatimu begitu lemah. Ayo lawan aku! Hadapi aku! Kenapa kau malah kabur seperti ini? aku tidak bisa berdiam diri disini sendirian. Ini rumahmu bukan rumahku. Haruskah kau meninggalkannya karena aku? Aku bukan siapa-siapa disini. Seharusnya akulah yang pergi. Aku tak pantas  disini. Tapi bukan sekarang. Oppa..!”
            Aku tidak tahu harus bagaimana. Ku tekan tombol call lagi. Tersambung, namun tetap sama. Tak ada yang mengangkatnya. Akhirnya aku mulai bicara. kutinggalkan pesan suara untuknya.
            “Annyeong hasiminikka, Oppa. Jeoneun Mae Ri. Oppa, pulanglah!! Kita harus bicara serius. Ini rumahmu, bukan rumahku. Apa kau sangat menderita? Bagaimana perasaanmu? Mian, Oppa. Aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini. Aku akan pergi, Oppa. Tapi, pulanglah! Aku tahu ini semua salahku. Seharusnya aku bertindak sama sepertimu. Menolak pernikahan ini. Meski tak terima, aku tak melakukan apapun. Maafkan aku. Aku berjanji padamu aku akan pergi. Pulanglah! Aku tidak bisa melihatmu seperti ini karena aku.” aku harap dia mau pulang setelah mendengar pesan suaraku. Dia harus kembali ke tempatnya. Kami harus kembali ke tempat kami masing-masing.


[2]


Cho Kyu Hyun PoV

Aku buka mataku. Aku masih di studio rupanya. Kulihat jam menunjukkan pukul 7 pagi. Dari kemarin aku disini. Aku bangkit dari sofa, dan ku ambil hp-ku. Ada beberapa pesan text, Missed call dan pesan suara. Ku baca pesan pertama, dari Teukie hyung. Isinya permintaan maaf karena tidak bisa menemani. Kedua dari Yeesung hyung. Isinya ucapan terima kasih atas makanannya. Gantinya, ada roti isi di lemari es untukku. Tersisa beberapa pesan lagi. tak ku baca. Aku terlalu malas. Aku dengar pesan suara.

“Annyeong hasiminikka, Oppa. Jeoneun Mae Rie imnida. Oppa, pulanglah!! Kita harus bicara serius. Apa kau sangat menderita? Bagaimana perasaanmu? Mian, Oppa. Aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini. Aku akan pergi, Oppa. Tapi, pulanglah! Aku tahu ini semua salahku. Seharusnya aku bertindak sama sepertimu menolak pernikahan ini. Meski tak terima, aku tak melakukan apapun. Maafkan aku. Aku berjanji padamu aku akan pergi.Aku tidak bisa melihatmu seperti ini karena aku.”

Ternyata Mae Rie. Harus bicara? aku juga tahu kalau itu rumahku. Tapi, kakiku sangat sulit diajak melangkah kesana sekarang ini. Meski begitu, mungkin kami harus bicara.

Mae Rie PoV

Kyuhyun masih belum pulang. Bagaimana bisa kami menyelesaikan masalah ini sedangkan untuk bertemu saja dia tidak mau.

“Ya! pokoknya kalau kau pulang kita harus bicara. Sekarang aku mau sarapan dulu. Laper banget!”

Terdengar ada orang masuk ke rumah. Ku tengok sebentar.

“Kyuhyun!”

Dia pulang. Dia pasti telah mendengarkan pesan suaraku. Aku menghampirinya.

“Oppa, Mannaseo ban-gapsseumnida. Apa kau sudah sarapan?” tanyaku khawatir.
Wajahnya masih tetap sama. Murung, tak bersemangat.

“Kau bilang kita harus bicara?” dia sangat langsung. Tapi, melihatnya bertubuh kurus seperti itu membuatku tak tega.

“Oh… marilah kita makan dulu, Oppa. Setelah itu, baru kita bicara. Ok.”

Kami menuju ruang makan. Dia tampak kaget melihat hidangan di atas meja makan.

“Ini. Bagaimana kau tahu?” Kyuhyun sepertinya heran. Ada beberapa makanan kesukaannya yang aku masak.

“Kekeke~~ tidak sulit. Internet selalu bersedia membagi kisahmu.” jawabku.

“Kurae. Memang dari mana lagi.”

Kami berdua memakan sarapan pagi kami. Meski berdua, suasana terasa seperti makan sendiri. Kyuhyun tidak mengatakan sesuatu, begitu pula denganku. Dia telah lebih dulu selesai. Laki-laki memang seperti itu. Selalu lebih dulu hampir dalam segala hal.

“Aku duluan.” Kyuhyun bangkit meninggalkan meja makan dan menuju ruang tamu.

Cho Kyu Hyun Po’V

Kami akan bicara serius hari ini. Meski tak tahu mau bilang apa, namun semuanya harus diselesaikan sekarang juga.

“Oppa!” dia bergabung bersamaku.

“Jadi apa yang ingin kau katakan?”

“Kau sangat suka langsung, ya. Baiklah Oppa. Kita harus mengakhiri ini sekarang.”

“Aku tahu. Jadi apa solusi menurut versi mu?” aku terkekeh.

“Kekeke~~ Mian. Lucu mendengar versi, seperti software.” tak ada yang lucu dengan kata versi.
“Kurae. Oppa, aku tahu ini sulit bagimu. Tapi, aku juga tahu setiap orang pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Oppa, aku tidak sanggup melihatmu menderita, sedih, dan tidak betah di rumah hanya karena aku. Kita menikah karena paksaan orang tua kita. Mian Oppa sebelumnya, namun kita menyetujui pernikahan ini karena kita memiliki alasan masing-masing. Seharusnya aku tidak perlu merasa bersalah kan? Aku hanya menyesali satu hal. Kenapa aku tak melakukan perlawanan seperti yang kau lakukan. Jadi, aku punya saran bagaimana kalau kita hidup damai berdua sampai keinginan kita berdua tercapai?”

Aku menggulung tanganku.

“Keinginan apa?”

“Oppa, asal kau tahu saja, papa berjanji padaku akan memenuhi permintaanku apabila aku bersedia menikah denganmu. Dan kau juga pasti punya alasankan? Bagaimana kalau kita hidup damai sebagai teman sampai tiba saatnya papa memenuhi permintaanku? Aku berjanji apabila hari itu tiba maka aku akan pergi dari rumah ini. Juga, aku sendiri yang akan mengakhiri pernikahan ini. Kau juga bisa terbebas dari kemarahan paman, bukan? Semua akan aku tanggung. Bagaimana?” tawarannya cukup menarik. Mae Rie benar. Mungkin itulah solusi terbaik.

“Aku setuju.”

“Ya… coba kita melakukan ini sejak dari kemarin. Omo, aku benar-benar khwatir kau tidak pulang, Oppa.”

Meskipun kami sudah bicara, tapi tetap saja aku belum bisa bersikap biasa terhadapnya. Aku hanya membalasnya dengan senyum.

“Aku tahu kau belum bisa biasa. Gomawo Oppa karena setuju saranku. Besok aku mulai kuliah lagi. Jadi, kalau mau sarapan bersamaku harus bangun pagi ya. Heheee….” dia memang gadis yang aneh.

Mae Rie PoV

Senang sekali kami telah berdamai. Pagi ini dia tampak berbeda. Lebih ramah dan tak sedingin hari pertama aku bersamanya. Seperti biasa aku membangunkannya untuk sarapan pagi. Kekeke~ ternyata dia telah siap, rapi. Meski tak banyak bicara, dia bersedia sarapan bersamaku. Sekarang aku bisa lebih tenang.

“Mae Rie!” pekik Ailin dan Hae Rie bersamamaan. Mereka lari ke arahku.

“Kalian. Lama tak jumpa.” kataku.

“Kau kemana saja? Seminggu absen. Tak ada kabar.” kata Ailin.

“Kami khawatir.” tambah Hae Rie.

“Mian, aku ada urusan keluarga.”
Mereka merangkulku.

“Ya! Mae Rie-a, kami punya tiket konser SUJU untuk besok.”

Konser suju? Apa si babo itu akan tampil?

“Apa boleh aku ikut?” tanyaku.

“Tentu saja. Tapi sayang sekali ya, kabarnya Kyuhyun oppa tak bisa tampil.” Hae Rie adalah penggemar berat Cho Kyu Hyun.

“Wae?” tanyaku penasaran.

“Menurut kabar, belakangan ini dia punya masalah keluarga yang berat. Ayahnya masuk rumah sakit. Mungkin karena itu.” jelas Ailin.

Apakah mungkin penyebabnya adalah aku? Belakangan ini dia sangat sedih dan tidak bisa focus. Bila semua ini memang benar karena aku, maka terkutuklah aku!!!

“Oh GOD!” gumamku.

“Wae Mae Rie-a?” tanya Ailin.

“Teman-teman, aku harus pergi.” aku berlari meninggalkan mereka berdua.

Kyuhyun, karena mu aku selalu merasa jadi orang jahat, kau tahu. Seandainya papa tidak perlu memberi syarat itu, kau pasti tak begini. Aww… lagi-lagi. aku bisa gila.

Aku akan pulang dan menanyakan ini padanya. Ku ambil hp-ku, ku cari kontak *Kyu Oppa*. Ku tekan tombol call. Tersambung.

“Yoeboseo?”

“Yoeboseo, Oppa. Kau di rumah?”

“Ani. Aku di studio. Ada apa?”

“Aku ke sana.” ku tutup telponnya.

Aku panggil taxi dan menuju studio super junior.

Drrrrrt……….. Drrrrt

Pesan dari Kyuhyun.

“Ada apa Mae Rie-a? Kenapa kau mau ke studio? Ada yang ingin kau bicarakan lagi?’

Pesannya tak ku balas. Aku harus menanyakannya langsung.

Aku tiba di studio. Ku ketuk pintu studio dan Donghae yang membuka.

“Kau. Bukankah kau yang mengaku sebagai sepupu Kyuhyun? Kau datang lagi? Apa kau mencari Kyuhyun?” tanya Donghae.

“Ne. Kyu oppa ada?”

“Kyu ada di dalam.Ayo masuk!” ajaknya.

aku mengikuti Donghae masuk ke studio.

Ku lihat seluruh member super junior berkumpul. Aku jadi merasa kikuk. Aku membanyangkan Ailin dan Hae Rie. Mereka tak akan percaya jika aku sudah dua kali bolak-balik studio super junior seperti ini.

Kyu oppa muncul. Dia menghampiriku, dan menarik tanganku masuk ke ruangan kecil. Aku tidak tahu ruangan apa itu.

“Ada apa lagi?” ekspresi wajahnya, aku tidak suka.

“Anio. Aku hanya ingin tanya sesuatu.”

“Tanya apa lagi, Mae Rie-a?” aku terkejut. Ini untuk pertama kalinya dia menyebut namaku.

“Apakah kau tidak ikut konser besok karena aku?” kataku cepat.

“Mwo?”

“Iya, apa kau tidak ikut manggung besok karena aku?” ku ulangi pertanyaanku.

“Apa kau datang kesini hanya untuk menanyakan hal ini?” dia balik bertanya.

“Tentu saja, Oppa. Aku tidak bisa membiarkan kau mengabaikan hidupmu karena aku.”
Dia menjitak kepalaku, pelan.

“Kenapa si kau sok tahu. Siapa yang mengabaikan hidup gara-gara dirimu? Memangnya kau sepenting itu sampai aku harus melakukannya. Aku hanya ingin istirahat untuk sementara. Jadi, jangan pernah lagi berpikir bahwa semua karena dirimu. Kenapa si kau senang sekali membuat hidupmu jadi sulit?”

aku tidak percaya Kyuhyun bicara barusan. Menempeleng kepalaku, juga melawan dan mengejekku? Apakah dia telah menerimaku? Aku tak percaya.

“Apa itu benar?”

“Babo!” balasnya.

Dia keluar dan pergi bergabung bersama member lain. Sedangkan aku, aku masih di ruangan kecil ini, tertawa-tawa sendiri, bahagia.

“Dia masih di dalam?” terdengar ada suara yang menanyakanku. Aku langsung keluar menunjukkan diri.

“Kau siapa?” tanya Heechul.

“Annyeong-haseyo. Mae Rie imnida.” Aku memperkenalkan diriku pada mereka.

“Apa kau benar-benar sepupu Kyu Hyun?” tanya Donghae

“Ne?” Kyuhyun kaget, namun sebelum sempat dia menjawab aku yang menjawabnya terlebih dulu.

“Ne. Aku sepupu Kyu oppa.” Ku lirik Kyuhyun dan memberikan isyarat padanya Agar mengiyakan.

“Tapi kalian beda sekali.” tambah Sungmin.

“tentu saja beda. Mereka kan beda ayah dan ibu.” jawab Donghae tanpa ku minta.

Aku merasa urusanku di studio ini sudah selesai. Jadi, aku putuskan untuk pamit kembali ke kampus. Lagian, aku tidak tahu harus apa disini.

“Kyu Oppa, aku akan kembali ke kampus. Aku pergi dulu. Gomawo atas keramahannya. “ aku keluar dari studio. Kyu oppa mengantarkanku sampai ke depan.

“ddo mannayo, Mae Rie-a!” terdengar suara dari belakang, ku tengok ternyata Donghae

“Iye. ddo mannayo Oppa.” balasku.

Cho Kyu Hyun Po’V

Benar-benar Mae Rie itu. Kenapa dia senang sekali seenaknya. Datang kesini mengaku sebagai sepupuku hanya untuk menanyakan hal yang sama sekali tidak penting. Tapi, Donghae hyung aneh sekali. Tak biasanya dia ramah seperti itu kepada orang yang baru ia kenal.
Aku melirik Dong Hae hyung, dia sedang asyik tersenyum-tersenyum sendiri. Apa yang terjadi padanya? Apa mungkin dia suka Mae Rie?

“Mungkinkah?”

“Wae?” Donghae hyung melihatku sedang mengamatinya.

“Anio. Hanya saja kenapa kau tersenyum2 tanpa sebab seperti itu, Hyung? Mungkinkah….”

“Mungkinkah apa?” Dong Hae hyung menurunkan kakinya dari sofa.

“Mungkinkah kau….” aku memberi isyarat ~ mungkinkah kau mulai gila?~

“Yaaak…” dia melemparku dengan kacang.

“Berani kau dengan hyung mu, Ha?” dia ngamuk dan terus melempariku dengan kacang. Dia memang selalu bisa menghiburku. Tingkahnya itu mampu membuat tawaku kembali.

Donghae hyung adalah member suju yang paling dekat denganku. Setiap kali aku merasa kurang baik, menggodanya seperti sekarang ini adalah obat mujarap yang wajib dilakukan.

“Kyu, lihat dirimu! Baguslah, kau sekarang bisa tertawa.”

“Tentu saja Hyung. Kau selalu bisa membuatku tertawa. Kekeke~”

Benar. Sekarang aku bisa tertawa. Masalah yang ku hadapi saat ini sepertinya tak menjadi masalah lagi. Semua berkat kata-kata Mae Rie. Lagi pula, ini semua akan segera berakhir.

[3]

Aku bisa tenang sekarang. Kyuhyun tidak ikut manggung bukan karena aku. Mendengarnya bilang begitu membuatku merasa lebih baik.

Setelah dari studio super junior, aku kembali ke kampus sebab masih ada kelas yang harus aku ikuti. Aku baru ingat, sebelum aku pergi Ailin dan Hae Rie mengajakku untuk menonton konser super junior. Tapi, bukankah Kyuhyun tidak tampil?

“Ah.. itu Mae Rie.” ku dengar Hae Rie. Benar saja, dia berlari ke arahku bersama Ailin.

“Hei..” sapaku.

“Dari mana saja kau? Kenapa kau pergi begitu saja?” Ailin memukul pundakku.

“Maaf. Aku baru ingat ada urusan.” kataku bernada menyesal.

“Kau jadi ikut nonton konser?” tanya Hae Rie.

“Kekeke~ konser? Aku malah ketemu sama artisnya.” gumamku dalam hati.

“Mae Rie-a?” Ailin menggoyang tubuhku.

“Konser? Entahlah.” aku tak punya semangat lagi untuk menonton konser itu setelah tau Kyu oppa tidak akan tampil.

“Ah… ayolah Mae Rie. Akan sangat membosankan tanpamu!” Hae Rie mencoba membujukku dengan tampang memelas.

“Kami sudah siapkan tiket untukmu. Mau ya?” ajak Ailin.

melihat wajah mereka memohon, aku luluh. Akhirnya aku mengiyakan. Entah apa yang membuat mereka sangat tergantung sekali padaku. Padahal, kalau ku ingat-ingat aku tak pernah sekali pun berajasa pada mereka. Apa mungkin itu adalah kekuatan dari feeling of friendship? Aku kurang tau.

Cho Kyu Hyun Po’V

Drrrrt……Drrrrt

Ada satu pesan masuk, dari Mae Rie. Aku buka pesannya.

“Oppa, aku akan menonton konser super junior. Senang sekali jika aku bisa melihatmu dengan segala kekharismatikanmu serta mendengar keindahan suaramu! Jadi, maukah kau…….?”

Jadi, maukah kau….. apa lanjutannya? Apa maksudnya maukah kau tampil? Setelah pembicaraan itu, anak ini semakin berani padaku. Aku ketik text balasan untuknya.
“Aku lelah, ingin istirahat. Mian.”

Ku tekat tombol send. 10 detik kemudian ada balasan lagi dari Mae Rie.

“Oppa?”

Apa dia memohon? oH.. yang benar saja. Aku tidak membalasnya lagi. Selain istirahat, aku ingin membangun kembali moodku.

Drrrrt………Drrrrt

Pesan lagi dari Mae Rie.

“Oppa, bagaimana kalau istirahatnya setelah konser? Bukankah sama saja? Aku terlanjur menerima tiket konsernya, Oppa. Kalau bukan melihatmu, terus lihat siapa? Dateng ya, jebaaaal!!!”

Aku sama sekali tak tertarik. Aku berbaring di sofa dan bermalas-malas ria. Melepas penat dan gundah laraku yang beberapa hari belakangan ini menekan isi kepalaku hingga membuatku sulit bernafas.

Hp-ku bergetar lagi dan pengirimnya masih sama, Mae Rie.

“Oppa, bukankah kita sudah bedamai?”

“Memangnya kenapa kalau berdamai? Apa dengan berdamai aku harus memenuhi semua permintaanmu?” kataku dalam hati.

Ku ketik lagi balasan untuknya.

“Jangan ganggu aku.!”

5 detik kemudian Mae Rie menelponku.

“Wae?” kataku agak kesal.

“Ya! Telingaku bisa hancur jika kau berteriak sekencang itu.”

“Apa lagi? Aku tak mau memenuhi permintaanmu.”

“Iya… iya. Aku cuma mau bilang Mianhae karena mengganggumu. Aku sudah putuskan akan bersorak untuk Donghae oppa. Ailin dan Hae Rie bilang dia lebih cool dari pada dirimu. Aku juga berpikir sama. Bukankah dia sangat ramah? Aah.. aku baru sadar itu, Oppa. Kekeke~ maaf sekali lagi karena mengganggumu dengan sms-sms yang kukirim tadi. Semoga harimu menyenangkan!”

“Mwo??”

Tuut… Tuut

Sambungan terputus.

“Ada apa dengan anak ini? Kenapa dia berani membandingkanku dengan Donghae hyung?” gerutuku.

Benarkah Donghae hyung lebih cool dari pada aku? Dia berpikir sama?

Aku tidak bisa berhenti protes dalam hati. Anak itu, berani-beraninya dia membandingkanku secara terang-terangan seperti tadi. Kurae, kalau dia minta. Donghae hyung, Mianhae. Aku akan tunjukkan pada anak yang suka seenaknya itu kalau peringkat ke-cool-anku masih sama. Tetap berada setingkat di atas mu. Mae Rie, kau akan menyesal telah membandingkanku dengan Donghae hyung. Kekeke~ aku keluarkan senyum evil-ku untuk pertama kalinya setelah 2 minggu lalu ngadat sama sekali.

Mae Rie PoV

Aku tak begitu paham dengan lagu-lagu super junior. Aku tidak tahu banyak mengenai mereka. Aku lebih suka U-KISS yang membernya jauh lebih muda. Hex…hex…hex

“AAAAAAAAAAAAAA” aku menutup telingaku.

Aku menoleh ke sekelilingku. Para penonton berteriak histeris.

“OPPA…….OPPA……OPPA” aku mendongak ke arah panggung.

“O…Oppa?” aku kaget setengah mati.

Kyuhyun ada di panggung. Dia berada tepat di depanku. Semua member super junior telihat sangat jelas karena aku berdiri di barisan depan penonton. Berisik sekali. Suara sound system menghancurkan gendang telingaku. Mereka menyanyikan no other sebagai lagu pembukaan.

“AAAAAAAAAAAAAAAAA” aku menutup telingaku lagi.

“AAAAAAAAAAAAAAAAA”

“KYU OPPA”

“KYU OPPA”

Kyuhyun melihatku dan tersenyum padaku. Aku luluh. Dia keren sekali. Tubuhku serasa menyusut, lenyap di telan histeris penonton.

Aku tidak begitu suka nonton konser yang berisik seperti ini. tapi, Kyuhun membuatnya menjadi sesuatu yang menyengkan.

Dia begitu cool. Aku terbawa dan terus meneriakinya. Tak peduli member yang lain. Yang ku tahu hanya oppa-ku, Kyuhyun

***

Aku menggeliat di sofa nyaman. Tubuhku serasa mau patah semua. Di konser tadi aku terus saja berteriak dan berteriak. Meloncat dan meloncat. Benar-benar tak terkendali.

“Aku pulang!”

“Oppa?”

Dia tersenyum.

“Mae Rie-ssi. Kau capek?”

“Hem. Kau?”

“Aku juga.”

Dia bergabung bersamaku. Dia duduk bersebrangan denganku, memaksaku untuk bangun terduduk. Dia terlihat berbeda. Sejak masuk senyumnya masih saja terukir di bibirnya.

“Oppa, wae…..?” aku melihatnya heran.

“Kenapa apa?”

“Kenapa kau bisa ada di konser? Bukankah kau bilang tak akan tampil?”

“Wae? Bukankah aku sangat keren di panggung?”

“Mwo?”

“Kau bilang Donghae hyung jauh lebih keren dariku. Tapi di konser yang ku dengar dari mulutmu hanya namaku.”

Jleeeb….

Serasa 5 pisau menusuk jantungku.

Kenapa dia harus mengungkitnya?? Aku jadi salah tingkah, malu.

“Anio. Aku tidak menyebut namamu! Kau mungkin salah dengar. Bukan.. bukankah banyak tadi yang bersorak untukmu.” tak sadar aku tergagap.

“Benarkah? Kalau gitu kamu harusnya gak bukan.. bukankah” dia meledekku dengan menirukan caraku berbicara.

“Hiss, oppa!” aku malu, sangat malu.

Aku kabur, lari ke kamar. Aku benar-benar malu. Sangat malu. Rasanya wajahku harus ku buang sementara.

“Mau kemana Mae … Mae Rie-si?” terdengar suara tawanya lepas.

Jhaaa…

Tuhan, hilangkan saja aku.

Dia masih saja menirukan caraku tergagap tadi. Benar-benar deh.

Aku tidak tahu Kyuhyun bisa melakukan itu. Meledekku dan membanggakan dirinya seperti itu. Dia berhasil membuatku benar-benar jadi si naïf yang babo. Mengagungkan orang lain tapi tanpa sadar membanggakan dirinya yang aneh itu. Jang Mae Rie, kau memang babo!


[4]

Pagi yang indah dan akan lebih indah apabila Kyuhyun tidak megungkit soal konser semalam. Cukup semalam saja wajahku seperti kepiting rebus. Aku tak akan membiarkannya menjadi kepiting rebus hari ini. aku mengintip kamarnya, dia belum juga keluar.

“Apa dia masih tidur?”

Aku melanjutkan membuat sarapan. Meski kami telah membuat kesepakatan, tetap saja aku adalah seorang istri. Setidaknya aku harus mengurus kebutuhan dasarnya, seperti sarapan, makan siang, dan makan malamnya, kan?

DING DONG

DING DONG

Bel ringing berkali-kali. Siapa si yang namu sepagi ini?

Ku buka pintu dan ku liha Teukie, Wokie, dan Donghae berdiri berimpitan di pintu.

“Kau!” Donghae kaget melihatku ada di rumah Kyuhyun.

“Bukankah kau sepupu Kyuhyun yang waktu itu?” Teukie sepertinya kaget juga.

“Mae Rie-ssi!” hanya Wokie yang ingat namaku. Aku hanya terheran melihat mereka berimpitan di pintu berusaha masuk lebih dulu.

“Apa kalian tidak bisa masuk satu per satu?” ku tekuk tanganku dan ku pasang wajah penghinaanku ~kalian benar-benar seperti bocah~.

“Mae Rie-a? siapa?” Kyuhyun keluar dari kamar.

“Teukie, Wokie, dan Donghae oppa datang.”

Kyuhyun kaku, berdiri tegak kaget di depan pintu kamarnya.

“Kyu… AAAaa’.. Hiss, aku dulu hyung.” Donghae akhirya bisa masuk lebih dulu setelah berhasil menyikut Wokie dan mendorong Teukie mundur keluar. Dia nyengir-nyengir malu di depanku karena tingkahnya.

Wokie dan Teuki masuk cepat setelah Donghae melewati batas pintu. Mereka duduk ke sofa sebelum tuan rumah mempersilahkan. Sepertinya mereka sering kesini. Kyuhyun berkeringat, tapi tetap dia bergabung bersama kami di ruang tamu. Aku masih berdiri.

“Kyu, kenapa dia disini?” Donghae sepertinya masih penasaran kenapa aku bisa disini.

Kyuhyun tampak sangat gugup. Aku putuskan aku yang mejawab pertanyaan itu.

“Itu karena aku belum mendapat tempat untuk tempat tinggalku disini, Oppa. Kampusku dekat sini, jadi untuk sementara aku tinggal bersama Kyu oppa.”

“Kau benar sepupu Kyu?”

“Ne. aku sepupunya.” Wokie bangkit dan menuju dapur bersama Teukie .

“Ya! kau pasti terganggu kan dengan sikap mereka. Mian, kami tidak tahu kalian tinggal bersama. Kami biasa datang kesini, jadi kami menganggap ini adalah rumah kami sendiri.”

Jadi begitu. Tapi tetap saja kan kalian sudah melihatku? Tapi kenapa masih bersikap seperti itu?

“Waaah… ada makanan disini, Donghae!” terdengar suara Wokie dari dapur.

“Cepat kesini. Kau kehabisan nanti.” tambah Teukie
“Benarkah! Aku datang.” Donghae mengahamburkan diri ke dapur.
Kyuhyun menyikutku.
“Gomawo!” ucapnya.

***

Kemarin adalah hari yang sanga menegangkan. Kami harus hati-hati mulai sekarang. Tapi, bukankah Donghae, Wokie, dan Teukie sangat keterlaluan? Mereka memakan semua sarapan yang ku buat.

Drrrrt….Drrrrt

“Nomor siapa ini?”

Nomor tak dikenal.

“Yoeboseyo”

“Heem… Yeoboseyo Mae Rie-ssi!”

“Ini siapa?”

“Donghae.”

Donghae? Bagaimana dia bisa menghubungiku?

“Oppa, wae O?”

“Aku ingin bicara denganmu. Kau ada waktu?”

“Sure. Mau bicara apa?”

Apa yang ingin Donghae katakan padaku ya?

“Akan ku jemput kau di kampus ya?”

“Alright. See you later, Oppa”

Tuuut.. Tuuut..

Sambungan terputus. Dia akan menjemputku? memang mau bicara tentang apa? menjemputku di kampus?

“Loh, kok jemput di kampus? Memang dia tahu kampusku?” I am wondering to myself.

“Mae Rie-a, hari ini kita akan pulang lebih cepat.” Ailin dan Hae Rie tiba-tiba muncul seperti biasa.

“Benarkah? Ada apa?”

“Entahlah. Bagaimana kalau kita nonton sekarang?” ajak Hae Rie semangat.

“Ide yang bagus Hae Rie. Belakangan ini kepalaku sakit belajar terus.” tambah Ailin. Ide mereka sangat bagus, tapi Donghae akan menjemputku sebentar lagi.

“Maaf ya. Aku ada janji, jadi kalian terpaksa harus pergi tanpa aku.”

“Mae Rie-a, ayolah! Kenapa si kau selalu ada janji belakangan ini?” Hae Rie sepertinya kecewa.

“Benarkah? Mian!”

“OMO!!” Ailin terpelongo.

“Ada apa Ailin?” tanyaku.

“Lihat siapa itu!”

Aku menoleh ke jalan.

“Donghae oppa? Kenapa dia secepat ini?”

“MWO? OPPA?” kata Hae Rie dan Ailin bersamaan. Aku hanya menatap mereka, takut.

“Hai Mae Rie! Kau siap?” Donghae selalu sembarangan.

Tuhan, kenapa dia harus muncul sekarang? Di depan para fanatikers suju. Ottoke?

“Ho. Mian, aku harus pergi.” aku tak tahu lagi harus apa. Mereka pasti akan membunuhku. Aku harus menyelamatkan diri.

Aku lari ke mobil Donghae dan masuk, takut menunjukkan diriku kepada Ailin dan Hae Rie.

“Oppa, kenapa kau harus muncul begitu saja? Harusnya kau menelponku atau mengirimi ku pesan. Haisss, Oettokeee??”

“Kenapa Mae Rie, apa aku melaukan hal yang salah?’

Entahlah. Aku rasa ini salahku. Murni salahku karena aku tidak memberi tahu mereka tentang ini.

“Anio, Oppa.” Kepalaku pusing. Sebaiknya biarlah yang akan datang dipikirkan nanti. Yang penting adalah sekarang.

“ Kita mau ke mana?” tanyak penasaran.

“Ayo kita nonton!”

“Mwo?”

Cho Kyuhyun Po’V

Tidak biasanya Mae Rie telat pulang seperti ini? ke mana dia?

“Aku pulang!!”

“Mae Rie? Ke mana saja kau?”

Bruuum

Ku lihat mobil melaju di depan rumah.

“Kau diantar siapa?”

“Owh, itu Donghae oppa. Kami tadi jalan bersama.”

“Mwo?”

Astaga, benarkah dugaanku? Benarkah hyung menyukai Mae Rie?

“Kurae. Tadi kami nonton, makan malam, dan main seluncur es bersama. Oppa, kau tahu tidak, itu benar-benar menyenangkan. Kau harus melakukannya sesekali.”

“Aku sering melakukannya.”

“Benarkah? Hoow, tentu saja. Kau kan Kyuhyun.” cibirnya.

“Mae Rie, besok kalau kau mau pulang malam, berkencan dengan Donghae hyung atau semacamnya kau harus memberitahuku. Arraso??”

“Mwo? Berkencan? Apa maksudmu, oppa?” masih tanya. Bukankah sudah jelas. apa dia mau pamer padaku?

“Ya babo! Terserah kau saja. Yang pasti aku tak mau repot menunggumu sepeti ini.” aku sudah menunggunya lama karena dia tidak membawa kunci rumah. Apa dia tidak sadar. dia menenteng tangannya seperti tak punya dosa.

Aku jengkel sekali padanya. Jika dia akan pergi dan pulang selarut ini seharusnya dia izin padaku dulu. Setidaknya itulah yang harus dia lakukan agar tidak merepotkan tuan rumah. Selain itu, kenapa dia berani sekali jalan dengan lelaki lain. Apa dia tidak sadar dia itu istriku sekarang? Seingatku masalah bebas memilih pasangan belum pernah dibahas sebelumnya di pertemuan kami. Yaaa! Babo. Kyuhyun babo. Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau jadi kacau begini? Ada apa sebenarnya?

***

Aku berguling ke kanan dan ke kiri tak tenang. Perutku terasa menciut kelaparan. Aku pergi ke dapur mencari makanan.

Ku buka lemari es. Tak ada apa2 selain kimchi yang sama sekali tidak ingin ku sentuh.
“JANG MAE RIE!!!!” aku berteriak, kencang. Aku lapaar, dan sangat lapar. Ini salahnya jadi dia harus bertanggung jawab. Dia belum juga keluar dari kamarnya.

“JANG MAE RIE!!!! BANGUUUN!!” teriakku lagi.

“Ya! Seluruh komplek bisa mendengarmu!” dia keluar kamarnya. mengusap-usap matanya, menguap dan merentangkan tangannya. Dia benar-benar bangun tidur.

“Dasar Yeoja babo! Aku kelaparan, tau tidak?! Kenapa di lemari es ini sama sekali tidak ada makanan. Kenapa hanya ada Kimchi dan air mineral.”

bRAAAAK

Aku tutup pintu kulkas kasar. Aku sulit berpikir sekarang. Aku benar2 kelaparan.

“YA! Jangan kasar begitu. Kau bisa merusaknya Oppa.”

“Kalau ini rusak, semua adalah salahmu. Kenapa kau jalan2 dan melupakan kebisaanmu di rumah ini.”

“Arraa…. Mian.”
“Mudah sekali. Andwe, kau harus masak untukku sekarang!”

“Oppa, apa ini sifat aslimu? Kenapa kau jadi super dan super aneh seperti ini?” sifat asliku? Tentu saja! Kau kan belum tahu bagaimana sifatku yang sebenarnya. Kalau kau tidak cepat masak aku bisa makan kau Jang Mae Rie.

“Diam! Cepat masak!” perintahku.

Aku mengawasinya. Dia mengambil dua mie instant di lemari dapur dan merebusnya.

“Oppa, malam ini kau makan mie saja ya! Aku masakkan dua untukmu. Mianhae!”

“Ya! Lihat gara-gara kau aku hanya akan makan mie. Kalau aku sakit kau harus merawatku.”

“Arraasso!”

***
Dua mie instant masuk ke perutku cepat. Aku tak pernah selapar ini sebelumnya. keadaan ini sangat tidak masuk akal. Aku heran kenapa aku bisa sangat kelaparan di tengah malam seperti ini.

“Oppa, apa kau ingin tambah lagi?” tanya Mae Rie yang melihatku lahap memakan dua mie instant itu.

“Ani. Ini cukup. Aaa… aku tidak pernah tahu mie instant rasanya bisa seenak ini kalau dimakan saat kelaparan.”

“Mianhae Oppa!” tiba-tiba Mae Rie berdiri dan membungkukkan badannya meminta maaf.

“Apa yang kau lakukan?”

“Oppa, aku janji hari ini tidak akan pernah terjadi lagi. Mian karena membuatmu kelaparan.” Tampak wajah penyesalan di wajahnya. Aku melempar senyum evilku padanya berusaha memeberi tahu ~ Gwenchana~

“Gomawo Mae Rie-a. aku kenyang sekarang. Mian karena tadi aku marah dan berteriak-teriak padamu.”

“Oppa, apakah kau akan jadi seperti itu jika kelaparan?”

“Mwo? Apa maksudmu?” apa dia mau mengejekku.

“Ani. Aku tidak punya maksud apa-apa. Hanya saja, kau yang tadi adalah kau yang tidak pernah ingin ku lihat. Kau benar-benar membuatku takut.” Benarkah aku tadi terlalu keras padanya? Aku jadi merasa tak enak padanya.

“Benarkah? Kalau begitu mungkin kita bisa bicara sebentar Mae Rie. Apa kau sudah mengantuk?” aku pikir ini perlu dibicarakan agar tidak terjadi lagi.

“Ne. tapi, aku bisa tidur nanti setelah kita bicara. apa yang mau kau bicarakan?”

Mae Rie PoV

“Ani. Aku tidak punya maksud apa-apa. Hanya saja, kau yang tadi adalah kau yang tidak pernah ingin ku lihat. Kau benar-benar membuatku takut.” Dia memang sangat mengerikan tadi. Aku tidak pernah tahu seorang Kyuhyun bisa semarah itu.

“Benarkah? Kalau begitu mungkin kita bisa bicara sebentar Mae Rie. Apa kau sudah mengantuk?” mau bicara apa lagi. bukankah tadi tadi telah mengoceh hampir sepanjang malam karena perutnya yang kelaparan.

“Ne. tapi, aku bisa tidur nanti setelah kita bicara. apa yang mau kau bicarakan?”

“Soal hari ini. Apa menurutmu kita harus buat kesepakatan baru?” katanya tiba-tiba. Memang apa yang salah dengan kesepakatan yang lama? Aku menyipitkan mataku berpikir.

“Jang Mae Rie…!” aku tersadar.

“Kesepakatan baru apa? Memang ada apa dengan kesepakatan kita sebelumnya?”

“Tak ada yang salah dengan kesepakatan yang lama. Hanya saja perlu sedikit tambahan.” dia tersenyum, manis. Aku hampir luluh.

“Tambahan apa?”

“Kita ulangi. Jika semua keinginan kita tercapai maka kita akan kembali ke tempat kita masing-masing. Benar?”

“Hmmm.”

“Melihat hari ini kau jalan-jalan dengan lelaki lain bearti selama keinginan kita belum tercapai kita boleh jalan dengan siapapun yang kita mau. Bagaimana?”
apa dia iri aku jalan dengan Donghae? Apa dia mulai kesepian sekarang? Ohh… menggelikan.

“Aku setuju.” aku tak pernah keberatan dengan hal itu. Dia telah menjadi korbanku. Dia cukup menderita beberapa waktu lalu karena tekanan ayahnya juga karena harus menerimaku di rumahnya. Tak ada salahnya aku mengiyakan yang satu ini.

“Tapi, kita harus saling lapor kita dekat dengan siapa. Itu penting juga. Dengan begitu kita berdua akan aman.” Pintar sekali.

“Kurae.” Lakukanlah yang kau mau.

Aku bangkit dari sofa lebar yang aku duduki bersama Kyuhyun babo ini. melengos ke kamar.

“Kenapa aku lebih suka Kyuhyun yang menderita dari pada Kyuhyun yang sekarang? Aku menyesal berdamai dengannya. Kenapa dia banyak maunya?” ocehku pada diri sendiri. Aku ngantuk sekali sekarang. Aku akan tidur dan bangun besok pagi. Aku harus belanja karena tak ada apapun di lemari es untuk dimasak. Aku benar-benar takut dengan Kyuhyun yang tadi. Dia sangat mengerikan. Aku tak ingin itu terjadi lagi.


[5]

Mae Rie PoV

“huuuh….”
bawaan ini berat sekali. Jika aku punya waktu lebih banyak, maka aku tak perlu membeli begitu banyak persiapan seperti ini kan. Pagi-pagi harus belanja seperti ini, menyebalkan. Jika bukan karena aku takut si babo Kyuhyun mengamuk seperti semalam, aku tak akan pernah melakukan ini.

“Kau sudah pulang?”

“Oppa.” Dia sudah bangun. Tak seperti biasanya.

Tiba-tiba saja dia membawakan belanjaanku yang berada di ambang pintu masuk ke dalam. Kejutan yang tak terduga.

“Kajja!” ajaknya. Aku masih saja berdiri dan melihatnya heran.

“Kau hebat Jang Mae Rie. Aku tahu kau akan melakukannya. Belanja sebanyak ini kau pasti lelah.” Aku sama sekali tidak merasa lebih baik mendengar perkataannya itu.

“Ya! Kau tahu, kau sangat manis jika tersenyum. Kenapa wajahmu kau tekuk begitu? Ayo tersenyum!” tiba-tiba tangannya tak sopan mengacak-acak rambutku.

“Yaaak!” kataku spontan. Dia terkekeh.

“Mae Rie-a, hari ini kau harus ikut denganku. Jadi, setelah buat sarapan untukku kau harus siap-siap. OK”

“OPpa, kau akan mengajakku pergi ke mana?” tanyaku penasaran. Belum pernah dia mengajakku untuk pergi bersama seperti ini.

“Kau akan tahu. Jadi, cepatlah buat sarapan. Aku lapar! Arasso?” dia melengos kembali ke kamarnya.

“SSSssss….  Dia pikir dia siapa? Memerintah sembarangan. Memang aku pembantunya.”  Gumamku.

Aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Diriku yang dulu serasa mulai tak Nampak. Aku merasa  telah dikuasai oleh si babo Kyuhyun. Aku selalu tak bedaya terhadapnya. Semua yang ku lakukan bertolak belakang dengan kehendakku. Ingin menolak melakukan apa yang dia minta tapi tetap saja  aku melakukannya. Aku hanya bisa memanyunkan wajahku kesal ketika dia sedang berpaling dariku.

***

Aku ada kelas di kampus pagi ini. Tapi Kyuhyun memintaku libur untuk sehari bersamanya. Aku tak tahu dia akan membawaku ke mana. Aku sama sekali tidak mengenal jalanan yang kami lewati ini.

“Oppa, sebenarnya kita akan ke mana? Kau sama sekali tidak memberitahuku.”

“Mmm? Ow, kita akan menemui Omma dan Appa.”  Katanya.

“Mwo?”

“Wae? Kau tak mau bertemu orang tuaku?” tanyanya.

“Ya Oppa, kenapa tak memberitahuku lebih awal?” aku terkejut, tentu saja. Bagaimana mungkin bertemu mertua tanpa membawa apapun.

“Bukankah aku memberitahumu sekarang?” katanya santai.

“Benar-benar. Oppa, kita harus ke toko makanan sebentar!” pintaku.

“Apa kau lapar? Bukankah kita sudah cukup sarapan pagi ini. Makanmu banyak ya?”

“Ya! Kenapa kau babo sekali. Mana mungkin aku bertemu mertuaku setelah sekian lama tak bertemu dengan tangan kosong, Oppa? Kenapa hal sekecil itu saja kau sama sekali tak tahu.” aku kesal sekali. Hal yang sesederhana ini pun dia tak tahu.

Ccccciiiitttttt………………..

Dia mengerem mendadak. Tubuhku terpantul, melonjak ke depan. Untungnya aku menggunakan sabuk pengaman.

“Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin membuat jantungku loncat ke depan?” kenapa belakangan ini dia selalu membuatku kesal dan tak tenang.

Dia melihatku dan tersenyum, manis. Andwee… aku tak akan tergoda.

“Mwo?” kataku.

“Apa kau sekarang membenciku?” katanya tiba-tiba.

“Ani.” Jawabku pendek.

“Mian karena selalu membuatmu kesal. Hanya saja, sekarang ini aku sangat nyaman bersamamu. Jadi, sangat mengasikkan mengerjaimu.”  Aku mendelik.

“oppa….” Dia mecubit pipiku. Menggoyangnya ke sana dan ke sini.

“Mae Rie-a, Aku gemas melihatmu. Kenapa aku baru menyadarinya ya… Kau itu ternyata imut sekali. Heem…..  Kau tenang saja. Omma bilang kita tak perlu membawa apapun. Dia hanya minta satu.” Dia melepas cubitannya.

“Minta apa?” tanyaku polos.

“kita datang dengan selamat.”

Aku terdiam, melihat keluar jendela.

“Ok. Kita berangkat. Jangan membenciku ya, Jagia.”

“Ne.” mwo? Apa tadi dia bilang Jagia?

“Apa kau bilang tadi?” aku menoleh melihatnya, penasaran.

“Apa? Bukankah kita harus latihan mulai dari sekarang.”

Cho Kyuhyun PoV

“Omma….” Omma, Appa dan Appanim telah siap menyambut kami di ruang tamu. Aku memeluk Omma hangat. Aku sangat rindu Omma. aku memberi salam kepada Appanim. Tak lupa, aku memeluk Appa. Dia terlihat lebih baik. Aku senang mendengar perkembangan Appa. Sekarang Appa tak memerlukan kursi rodanya lagi. Aku melihat Mae Rie dan Omma sangat akrab. Sepertinya Mae Rie sangat merindukan pelukan dari seorang ibu. Aku bahagia untuknya.

Kami berkumpul, duduk bersama di  ruang keluarga. suasananya sangat nyaman. Tak ada ketegangan antara aku dan Appa. Appanim juga. Dia tak seperti ayah mertua yang lain. Dia bagai teman bagiku. Tapi, ada sedikit rasa bersalah terhadapnya. Aku membuat pernikahanku dengan anaknya menjadi sebuah perjanjian.  Terkutuklah aku….!

“Kapan kalian akan memberikan kami cucu?” tanya Omma tiba-tiba. Mae Rie yang sedang minum teh hijau buatan Omma langsung tersedak dan terbatuk-batuk.

“Pelan-pelan Mae Rie.” Kataku sambil menepuk2 punggungnya.

“Gwhancana.” Katanya menenangkan suasana.

“Omma, lihat apa yang Omma lakukan. Mae Rie sampai tersedak karena terkejut mendengar Omma.”

“Ani Ommanim.” Mae Rie mendelik kepadaku seakan memeringatkanku ~awas Kau~

“Mwo?” tanyaku mendelik juga.

“Ani” jawabnya sambil tertawa gaje.

“Ya! Kenapa kalian malah asyik berkelahi?” Aku dan Mae Rie langsung terdiam. Appa menunjukkan ekspresi terganggunya.

“Mian, Appanim. Kami memang belum dewasa.” Mae Rie mencoba membuat semua menjadi nyaman kembali.

“Omma, soal cucu nanti saja kita bicarakan jika Mae Rie telah menyelesaikan kuliahnya.” Ku lihat ketegangan Mae Rie luntur perlahan.

“Arrasso. Tapi bagaimana ya, aku sudah tidak sabar.” Omma benar-benar menginginkan cucu ya? Ya ampuun.

“Mae Rie, Papa tak bisa menemanimu menginap disini. papa harus pergi ke Jepang besok.”

“Ne?” Nampak wajah kesedihan di wajah Mae Rie.

“Mianhae. Papa berjanji akan mengunjungimu setelah pulang dari Jepang. Kau baik-baik bersama Kyuhyun. Arrasso?”

“Arraso.” Jawabnya tak bersemangat.

“Baik Appanim. Aku akan menjaga Mae Rie dengan baik. Appanim tak perlu khawatir. Ya kan Jagia?” aku merangkulnya, berpura-pura mesra.

“ne….” Mae Rie tersenyum kikuk.

“Oww… melihat anak-anak seperti ini hatiku sangat bahagia.” Kata Omma.

“Benarkah??? Hohoho…. Kami juga bahagia.” Mae Rie mencoba melepas tanganku yang masih menempel di pundaknya.

“Oppa, lepaskan!” bisiknya dengan meringis tak jelas.

“Hentikan!” kataku pelan.

Omma, Appa, dan Appanim masih mengawasi tingkah kami.

“Kyu-a, hentikan. Jangan paksa dirimu melakuka itu.” Appa sepertinya bisa membaca pikiranku.

“Appa.” Omma keliatannya membelaku. “kenapa kau selalu keras terhadap anak kita. Kau selalu saja curiga terhadapnya.”

“Ne Appa. Kami  tak sedang berpura-pura. Benarkan Jagia?” aku melirik Mae Rie lagi. kali ini dia tersenyum tajam seakan mengatakan ~apa ku bilang?~

“Appa tidak percaya?” kataku meyakinkan Appa yang sama sekali belum mengubah tatapan curiganya terhadapku. Ku keluarkan jurus jituku.

CUUUp

Ku kecup pipi Mae Rie. Mae Rie spontan kaget dan  mendorong dirinya ke samping menjauhiku.

“Mwo… Mwo… Oppa, apa yang kau lakukan? Apa kau tak malu di lihat mereka?” Katanya malu-malu. Aku terkekeh. Pipinya memerah. Entah bagaimana perasaannya sekarang. Aku suka melihat wajahnya itu.

“Kurae Kyu-a. aku percaya padamu.” Akhirnya appa mengatakan itu juga. Aku mulai tenang.

“Kalian menginaplah sehari.” Pinta Omma bahagia.

“Ommanim, Mianhae. Kami tak bisa….”

“Ani. Kami akan menginap.” Kataku memotong penolakan Mae Rie.

“Oppa….” Mae Rie benar-benar ku buat kalang kabut saat ini. aku ingin melihat bagaimana reaksinya sekamar denganku.

Mae Rie PoV

Apa yang dia lakukan???? Apa dia sengaja melakukan ini? owh… tentu saja. Kyuhyun babo, apa yang dia inginkan sebenarnya? Sekarang aku terpaksa harus sekamar dengannya. Ottokaji?  Papa, tolonglah aku!

Kyuhyun keluar dari kamar mandi. Dia telah siap menggunakan piama tidurnya.

“Ya! Kau tak membasuh tubuhmu? Kau kan belum menyentuh air sejak tiba disini. kalau kau tak pergi ke kamar mandi sekarang, aku tak mau tidur denganmu.”

“Mwo? Siapa yang mau tidur denganmu?” bentakku keras.

“Ya! Apa kau gila?” katanya sambil membungkam mulutku dengan tangannyanya yang lebar. Dia menarikku menjauhi pintu, celingukan sana sini. Dia belum melepas bungkamannya, aku meronta ingin melepaskan diri. Jelas-jelas posisi sekarang dia memelukku. Jantungku berdebar keras.

“Lepaskan!” aku berhasil melepaskan diri.

“Mian.” Katanya salah tingkah.

“Apa kau mau mencuri kesempatan dalam kesempitan Oppa?” Bisikku tajam.

“Mwo?”

“Kalau begini aku jadi takut tidur denganmu.”

“Ya!”

“SSSSSSSt……” kataku cepat, memberi isyarat ~Diam!~

***

Karena kejadian tadi akhirnya Kyuhyun mengalah dan bersedia tidur di bawah. Sebenarnya aku tak tega, seorang Kyuhyun tidur di lantai? Apa kata ELF? Di sini benar-benar berisik. Aku belum bisa tidur sekarang. Kyuhyun babo ini masih saja bolak-balik hingga menimbulkan suara bising mengganggu. Ku tengok dia di bawah.

“Oppa, bisakah kau hentikan itu? Aku tak bisa tidur jika kau bolak-balik membuat suara bising terus-menerus.” Kataku pelan.

“Ya! Coba kau yang tidur disini.” katanya dengan nada kesal.

“Kau kan laki-laki. Tentu saja kau yang harus tidur disana. Ayolah Oppa, jadilah lelaki sejati.” Kataku lagi.

“Kau pikir aku bukan laki-laki sejati?”

“Molla. Siapa yang tahu??” kataku sok merendahkannya. Tiba-tiba saja dia berdiri. Melihatku dengan tatapan aneh.

“Jang Mae Rie, apa kau ingin bukti?” dia naik ke ranjang.

“Apa yang kau lakukan?” aku panik. Kenapa dia tiba-tiba bersikap sepeti ini? jantungku mulai bergendereng.

“Kau pasti tahu apa yang akan aku lakukan. Kau bilang aku bukan lelaki sejati. Bagaimana jika kita buktikan bersama diranjang ini?”

“Mwo?” kataku ketakutan. Aku mundur pelan menghindarinya yang terus saja maju. Kyuhyun mesum, apa yang mau dilakukan sebenarnya si…

“Mae Rie… “ dia memegang tanganku.

“Mae Rie, kau kenapa? Bukankah kita telah resmi menjadi suami istri? Owh, kau ingat apa yang Omma katakan? Dia ingin cucu. Ayo kita buatkan untuknya.” dia… apa dia serius???

“Andwe…”

“Ayolah…. Ayo kita lakukan sekarang. Aku… aku tak tahan lagi Mae Rie.” apa dia sudah tak waras?

 “Andwe….. Andweeee….” Aku meronta.

BUUUUK

“Ouuuuggh…..”

Aku mendorognya hingga terjatuh dari ranjang.

“Kyu-a, suara apa itu?” Tanya Ommanim setelah mendengar suara benturan keras antara Kyuhyun mesum dengan lantai.

“Ani Omma. itu hanya suara buku yang terjatuh.” Jawabnya dengan menahan sakit. Aku menahan tawa.

Tak terdengar suara Ommanim, sepertinya dia telah meninggalkan kamar kami.

“YA! Kau mau mati. Sakit tahu.”

“salahmu. Kenapa kau melakukan hal bodoh tadi?” siapa suruh dia melakukan hal gila itu.

“YA Jang Mae Rie, kau pikir aku sudah gila? Mana mungkin aku tergoda dengan tubuhmu yang sama sekali tidak seksi itu. Lagi pula, kau juga tak punya dada. Aigoo, kau itu belum bisa disebut wanita, tahu.”

“YA!” mwo? Dia bilang apa? Tak punya dada? Tak bisa disebut wanita? Apa dia mau menghancurkan kepercayaan diriku sebagai seorang wanita? Kurang ajar! Dasar Kyuhyun mesum.

Cho Kyuhyun PoV

Aku tiak bisa tidur. Di bawah sini dingin, dan keras. ELF, apa yang akan kalian lakukan jika istriku melakukan ini padaku? Apa kalian mau menggantikannya bersamaku disini? #GAje

Mae Rie sepertinya telah tertidur. Bokongku masih sakit karena terjatuh dari ranjang tadi. OMO… aku tak bisa tidur meski mataku sangat mengantuk. Kalau begini, aku bisa begadang sampai pagi.

Aku bangkit. Ku pindahkan selimut dan bantalku ke ranjang. Aku mau tidur di atas. Tak perduli dengan Yoeja Geer di sebelahku ini. Aku juga kan manusia. Selain itu, ini kan kamarku. Kenapa dia yang lebih berkuasa.

***

Ku menggeliat nyaman. Terasa hangat. Enak sekali. Empuk, seperti memeluk tumpukan awan di langit.

“EEEEEEEEm………”

Suara yeoja….

Aku membuka mataku perlahan. Ku lihat sepasang mata sama kagetnya dengan mataku. Ku lihat tubuhku menyatu dengan tubuhnya dalam ikatan tangan dan kaki (berpelukan)

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”


[6]

Mae Rie PoV

“EEEEEEEEEEEEEEEm”

Hangat……………..

Apa ini?

Wajah itu, Kyu

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” kami berteriak bersamaan.

Aku  bangun cepat. Ku tarik selimutku dan kututupi tubuhku.

“Apa yang kau lakukan?” kenapa Kyuhyun mesum bisa ada di sampingku.

“Ani.” Jawabnya pendek seakan tak terjadi apa-apa. Dia langsung bangun dan duduk sambil mengusap-usap wajahnya.

“Kenapa kau bisa di atas?” tanyaku dengan nada panic.

“Wae? Ini kan kamarku. Aku bebas di mana saja yang ku mau.” Katanya tanpa menjelaskan apapun.

“Mwo?” benar-benar, dia….

“YA! Kenapa tadi, kenapa tanganmu dan kakimu menjepit tubuhku begitu? Apa yang ingin kau lakukan sebenarnya?”

“Bukankah kau juga melakukannya? Jadi apa yang ingin kau lakukan?” dia balik bertanya.

“Oppa, jelas-jelas kau yang memelukku kan?”

“Ada apa ini?” kami menoleh ke pintu.

“Ommanim, Oppa…..”

“Ani Omma…” lagi-lagi dia memotong perkataanku. Tiba-tiba dia menarikku dalam pelukannya. Aku shocked, tapi tak bisa lakukan apapun.

“Mae Rie malang, tadi dia melihat kecoa. Aku hanya mencoba menenangkannya. Iya kan jagia?” dia melirikku seakan menyuruhku ~Ayo katakan sesuatu~

“Ne..” kataku sambil tertawa gaje.

“Mian Ommanim…”

“Kurae….  Omma telah menyiapkan sarapan. Jadi kalian cepatlah keluar!”

“Ne Omma.” jawab Kyuhyun.

Ommanim meninggalkan kamar kami. aku buru-buru melepaskan diri, menjauhi tubuh si Kyuhyun mesum yang makin aneh setiap hari. Aku melihatnya ngeri.

“Mwo? Aku hanya berusaha membuat Omma tidak curiga.” Katanya seolah tak punya dosa. Aku tahu dia hanya beralasan.

“Dasar!!!”

***

Aku tunggu dia. Sejak di meja makan, sarapan bersama sampai sekarang dia belum juga mengucapkan kata ajaib *maaf* padaku. Dia tetap mengemudikan mobilnya dengan tenang, sedikitpun tak ada penyesalan dan bertingkah seolah tak terjadi apapun. Kyuhyun mesum. Aku tak akan mau pergi berdua lagi bersamamu. Dia mengerjaiku tanpa belas kasihan.

“Mwo?” katanya.

“Kau yakin tak ingin mengatakan apapun padaku?” Jang Mae Rie, kau benar. Kau harus memastikannya. Dia wajib mengatakan kata ajaib sekarang juga.

“Anio.” Jawabnya tanpa melihatku.

“Oppa, apa kau yakin?” dia melirikku dan cepat melihat ke depan lagi.

Cho Kyu Hyun PoV
“Oppa, apa kau yakin?” dia itu kenapa? Aku menoleh ke arahnya…

Aigo,,, apa yang terjadi padanya? Kenapa sorotan matanya begitu menyeramkan. Dia ingin aku bilang apa si? Kalau dia terus saja melihatku dengan cara begitu, sampai tahun depan aku pasti tak mampu melihat wajahnya.

“Oppa.” Paksanya.

“Arrata. Apa  yang ingin kau dengar?” tanyaku tanpa melihat wajahnya dan tetap focus melihat jalanan.

“Kata ajaib.”

“Mwo? Kata ajaib?”

“ne.” kata ajaib? Apa itu?

“Apa maksudmu kata ajaib?”

“YAAA!! Kau pikir kau sedang bicara dengan jalan? lihat aku!” dia menggoyang2 tanganku yang sedang menyetir.

“Apa yang kau lakukan? Kau bisa membuat kita berdua mati.” Kataku lagi tanpa melihat wajahnya.

“YA!” teriaknya.

“makanya jangan melihatku dengan sorotan mata membunuh seperti itu. Mengerikan.” Aku meliriknya sedikit.

“Katakan kata ajaib. Aku akan bersikap biasa.”

“Kata ajaib apa maksudmu?”

“Katakan maaf.” Mwo? Maaf untuk apa?

“Shiroi. Memang apa salahku?” enak saja. Memang apa yang telah ku lakukan sehingga harus minta maaf padanya.

“Ya… jangan bersikap seolah tak terjadi apa-apa OPpa.”

Drrrrrrrrrrrrrrt

Drrrrrrrrrrrrrrrrrrt

Sakuku bergetar.

“Mae Rie, ada telpon. Tunggu sebentar.” Pengalihan. Heeeeee………

“Yeoboseyo!”

“Kyuhyun, akhirnya.”

“Hyung, ada apa?” Ada apa? Kenapa Donghae hyung menelpon dengan nada tak seperti biasanya.

“Kau dimana?”

“Aku dalam perjalanan ke Seoul. Sebenarnya apa yang terjadi Hyung?” dia mulai membuatku khawatir.

“Kau bersama Mae Rie?”

“Ne. dia di sampingku sekarang”

“YA! Kalian ke mana? Kenapa sejak kemarin hp kalian mati?”  rupanya ini tentang Mae Rie.

“Mian Hyung, kemarin aku mengajaknya ke rumah orang tuaku. Ada acara keluarga yang harus kami hadiri.”

“Syukrlah dia baik-baik saja. Kabari aku kalau kalian sudah sampai. Arrasso?” jadi dia menghawatirkan mae Rie? Owwh… dasar!

“Ne.”

“Oya, katakan padanya untuk menghidupkan ponselnya. OK”

“Ne.” jawabku lagi malas.

Tuut tuut

“Siapa?” Mae Rie nimbrung, cepat.

“Wae? Penasaran?”

“Ani. Sepertinya tadi dia menanyakan tentangku. Aku hanya ingin tahu siapa.” Kau pasti senang hyung menyukaimu kan?? Pura2 tak tahu.

“Donghae hyung. Dia memintamu menghidupkan ponselmu.”

“Oum…. Aku lupa. Ponselku mati sejak kemarin. Gomawo!” ckckckck… dasar!

“Wae O? kenapa kau jadi cemberut begitu? Apa kau cemburu, Oppa?”

“Mwo? Aiggo… otakmu perlu direfisi ulang rupanya Jang Mae Rie. Sini ku perbaiki.” Ku ketok kepalanya sedikit keras.

“OUUGHHH…. YA! Kenapa menjitakku?”

“Rasakan!” tak tahu diri. Tapi syukurlah, dia lupa kata ajaib yang tak penting itu.

“Oppa, jangan pikir aku lupa. Cepat katakan! Kau tadi menjitakku tanpa alasan. Sekarang minta maaf, cepat!!!!!.” Paksanya dengan menggoyang2 tanganku lagi.

Owh.. ayolah………………..!!!!

Mae Rie PoV

Waaaaaaaaaaa,,,,,,,,,,,,,
Aku senang sekali. Kalian tahu, kemarin adalah perdebatan yang seru. Si babo Kyuhyun akhrinya minta maaf setelah tak berdaya melawanku. Tentu saja, dia memang harus melakukannya. Dia kan yang bersalah padaku. Setelah sehari penuh bersamanya di rumah orang tuanya kemarin, aku kini tahu sifat aslinya. Aku tahu pasti kenapa dia dijuluki setannya super junior. Ku rasa mereka memberikan predikat itu bukan tanpa alasan. Tapi, entah kenapa aku bahagia sekali. ini aneh, padahal seharusnya aku membencinya kan? Tapi, aku malah merindukan yang kami lakukan kemarin. Babo!

Hari ini aku mulai melakukan aktifitasku seperti biasa di kampus. Semua harus relax, jangan ada ketegangan lagi. aku tak mau ototku mengikat diri karena ikutan stress.

“JANG MAE RIEEEE!!!!” aku menoleh cepat ke sumber suara. Aku terlonjak, Ailin dan Haerie tiba-tiba menangkapku dengan wajah kesal dan marah.

“YA YA!! Ada apa?” tanyaku bingung. Mereka terus menarikku dan mendudukanku di kursi taman kampus.

“Ada apa ini? kenapa kalian?” tanyaku lagi.

“YA Jang Mae Rie, katakan pada kami yang sebenarnya. Bagaimana kau bisa mengenal Donghae oppa?” tanya Ailin cepat.

“Bagaimana dia bisa menjemputmu?” tanya Haerie masih pada  topic yang sama.

“ Apa hubungan kalian?” mwo? Hubungan apa?

“Tunggu. Tanya satu saja tapi mencakup semuanya!” kataku. Mereka berdua memukul pundakku bersamaan.

“Oughh…” erangku.

“Kenapa kau seperti itu, Mae Rie. Kau mengenal Donghae oppa tapi tak memberi tahu kami. kau anggap  apa kami ini?” Ailin kesal. Dia memonyongkan bibirnya dan melempar pandangannya kepadaku tajam.

“KAtakan!” desak Haerie dengan tatapan sama. Ottokeee?? Aku lemas, tak mampu melawan mereka berdua sekaligus. Aku menyerah.

“Kurae. Aku akan cerita.” Kataku.

“Sebaiknya cepat!”

“Tapi kalian…”

“YA!” pekik Hearie dan Ailin bersamaan.

“Arra.” Aku tak berdaya. Seseorang tolonglah aku!!!! Aku tak sanggup melawan hawa horror yang keluar dari tubuh mereka berdua.

“Aku tak ada hubungan apapun dengan Donghae oppa.” aku menutup mataku, takut.

“Bohong!” tukas mereka serempak.

“Kenapa kau bisa mengenalnya?!” tanya mereka bersamaan. Ini benar-benar menakutkan.

“Itu karena tidak disengaja.” Jawabku.

“Katakan yang sebenarnya Mae Rie!” desak ailin lagi.

“Bukan Dongahe.”

“Mwo?”

“Ne. Bukan Donghae, tapi Kyuhyun. Aku telah menikah dengan Cho Kyuhyun. Karena itu aku mengenal  Dong…………”

“JANG MAE RIE!” mereka berdua berteriak keras sekali tepat di telingaku. Ku tutup telingaku dengan kedua  tanganku.

“NOOL… bagaimana bisa?” tanya Haerie marah.

“Mianhae Ailin-a, Haerie-a. Kami telah dijodohkan.”

“Dijodohkan?” lagi-lagi mereka kaget bersamaan.

“ne.” kataku ragu. Mereka kelihatannya hancur. Mereka terisak namun tak menangis. Sepertinya ini merupakan pukulan yang menyakitkan bagi mereka berdua.

“Mianhae tidak mengatakan ini. aku takut berita ini menyebar. Pernikahan kami ini di rahasiakan. Jadi, kalian harus merahasiakannya.”

“Siapa saja yang tahu?” tanya Haerie masih shock.

“Orang tua kami, dan kalian.”

“Super junior?” Ailin tanggap.

“Mereka tidak tahu.” Jawabku singkat.

“YA! Kau wanita licik Jang Mae Rie!”

“Mwo? Kenapa kau bilang begitu Ailin. Aku tidak…”

“tidak apa? Kau sudah bersama Kyuhyun kami, tapi kenapa masih menginginkan Donghae oppa.”

“Haerie, kenapa kau bilang begitu. Ani…. Aku tidak…” mereka berdua keliatan putus asa.

“Kenapa kau beruntung sekali. Orang tuamu kaya, hidupmu bahagia dan sekarang kau dicintai dua idola kami sekaligus.” Aku sedih Ailin bilang begitu.

“Beruntung sekali.” sahut Haerie. Aku memeluk mereka berdua.

“Mian.” Kataku. Aku tak tahu harus bilang apa lagi. jelas-jelas aku tahu mereka adalah penggemar berat super junior, khususnya Kyuhyun. Tapi, aku malah membuat hati mereka hancur karena mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Mianhae Ailin, Haerie. Ini sungguh tak disengaja.

“Aku mau bertemu mereka.” Ailin cepat keluar dari dekapanku dan berkata sesuatu yang membingungkan.

“Aku juga!” Haerie juga.

“Mwo?”

“Kurae. Bukan Cho Kyuhyun ataupun Lee Donghae. Aku ingin bertemu semua member super junior. Aku ingin memilih mereka yang belum terkontaminasi olehmu.” Ide gila apa lagi ini…????

“Aku juga!” Haerie mengangkat tangannya tertanda ingin ikut serta. Ottokee?????? Ini semua gara-gara Donghae oppa.

***

Apa yang harus ku lakukan??? Ottoke? Ottoke?

Aku ketok jidatku, bingung. Aku tak bisa berpikir sekarang.

“AAAAAAAAAAAGH” aku acak-acak rambutku, prustasi.

Kyuhyun PoV

“Aku pulang!” Ku lihat Mae Rie duduk di sofa menonton tv. Ku dekati dia. Sedekat ini dengan pintu masuk kenapa tidak menjawabku?

“Mae Rie!” dia tak menjawab. Ku teliti dia. Dia sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Padahal aku berada tepat di depannya. Ku tengok wajahnya. Dia benar-benar kacau. Apa dia melamun? Aku duduk di sebelahnya.

“YA!” panggilku dengan menggoyang kakinya. Dia tersadar.

“Oppa, kau sudah pulang?” katanya seperti orang bingung.

“Ckckck, mengerikan. Apa yang terjadi denganmu?”

“Oppa……….” tiba-tiba saja dia memelukku.

“YA YA! Apa yang kau lakukan?” apa yang dia lakukan. Sembarangan melakukan ini.

“Ottoke Oppa? aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan?” dia merengek. Sepertinya dia benar-benar gusar ssekarang. Aku membiarkannya dalam pelukanku sesaat. Aku tak mengatakan apapun.

“Aku lelah. Sangat lelah. Ottoke?” aku menepuk-nepuk punggungnya.

“Tenanglah!” kataku. Dia spontan melepas pelukannya dan terduduk. Dia jadi salah tingkah, sepertinya dia malu.

“Mian.” Katanya pendek.  Aku berdehem, seolah tak memikirkan yang barusan terjadi.

“Kau kenapa?” tanyaku lagi.

“Gwanchana.” Jawabnya. Dia bangkit dan pergi ke kamarnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Semoga saja dia bisa menghadapi masalahnya itu dengan mudah.